Hari ini lagi-lagi gw harus berusan dengan yang Namanya Birokrat Kampus, namun kali ini gw berusan dengan 2 Birokrat yg ada di kampus. Yaitu Birokat Fakultas n Birokrat Jurusan....

Ada hal yang membuat gw tertarik bikin cerita ini di blog, yaitu kekesalan gw yang bikin gw harus ngebandingin 2 Birokrat ini.

Hari ini gw harus ngurus yang nama nya Beasiswa yang ada di kampus, tentu dengan excitednya gw ngejabanin bt ngurusnya dengan resiko berurusan dengan berbagai pihak yg salah satunya ya Birokrat td....

Nah, karena gw mungkin udah biasa berurusan dengan para Birokrat Fakultas di kerenakan tergabung dalam sebuah organisasi di kampus dan lumayan menjabat di posisi yg lumayan penting lah, sehingga mau ngak mau tentu gw banyak berurusan dengan Birokrat Fakultas mengenai berbagai macam jenis acara2 yg diadakan oleh Organisasi gw td...

Nah, oleh karena itu tentu lah gw udah lumayan akrab dengan Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Birokratnya yg menurut gw ngak susah bgt lah bt mengerti tentang sistem dan personality masing2. sehingga tentu ini memudahkan gw kalau2 ada urusan dengan Bapak n Ibuk Birokat di Fakultas. Nah salah satunya mengurus Beasiswa ini.

Karena ini urusan mengenai Beasiswa, maka tentunya gak bisa lepas dengan satu lagi Birokrat di Kampus yaitu Birokrat Jurusan gw sendiri, yang konon memamg katanya sangat terkenal lebih susah n ribet jika berurusan dengan Birokrat yang satu ini.
Namun hal itu belum gw begitu percayai walau dah banyak temen2 yang ngebuktikan nya. Tp karena menurut gw mereka saja mungkin yang tidak tau cara mengahadapi Birokrasi di kampus.

Nah, berbekal pengalaman yang udah lumayan banyak nih berurusan dengan Birokrat, gw pun mencoba langsung berurusan dengan Bapak/Ibuk Birokrat yang ada di jurusan gw yang tidak lain adalah Dosen-dosen gw sendiri. Nah tentulah dipikiran gw setidaknya beliau akan lebih membantu mahasiswanya berurusan, karena kita toh juga anak didiknya dan tentu jika memang telah sesuai aturan yg ada.

Ceritanya gw disuruh Birokrat Fakultas meminta tanda tangan yg namanya Salah satu Pimpinan Jurusan di Blanko Beasiswa yang udah gw isi. Karena menurut gw berarti harus meminta tanda tangan salah satu dari pimpinan td yg harus gw dapetin hari ini juga berhubung deathline nya hari ini, gw carilah salah satu pimpinan nya td yang memang gampang dicari, dengan tujuan agar dapat bisa selesai urusannya. Namun ternyata di pagi hari pukul 8.30 Am beliau belum datang ke kantor. Nah gw harus nunggu sekitar setengah jam lah, baru beliau datang. Ketika beliau datang ternyata sudah ada juga beberapa mahasiswa yg menanti beliau untuk keperluan masing2, lalu dengan sabarnya gw mendapat giliran yg terakhir untuk berurusan, dan ketika gw mendapatkan gilira, gw lsg ngomong kepada beliau "Buk maaf minta waktu sebentar minta tanda tangannya" dan ketika gw blom selesai ngomong Beliau lsg bilang "nanti saja saya sibuk mau menguji" dan dengan tarik napas gw coba mengerti posisi ibuk itw karena memang lg banyak yg mau sidang skripsi. Dan terpaksalah gw menunggu sekitar satu jam sampai beliau selesai menguji, dan setlah selesai gw lsg kembali menemui beliau walau harus menuggu giliran kembali karena sudah ada mahasiswa yang berurusan juga dengan beliau. Nah akhirnya gw dapat giliran dan bilang lg " Buk, ini minta tnda tangan untuk Beasiswa" dan langsung Ibu itu bilang, nah kenapa lsg ke saya, ke Pimpinan yg lain lah ( Ketua Jurusan), kenapa tidak cari beliau dulu, ibu se yg nampak dek awak tw iyo" dan gw bilang " Buk, bapak itu tidak ada dari td saya cari di jurusan atau mungkin beliau sedang sibuk juga" Di blanko ini boleh Ketua atu Sekretaris aja kok Buk, dan Ibu itu seprtinya tak mau mendangar perkataan gw lsg menyuruh gw mencari Pimpinan yg lain tsb.
Nah dari kasus itu gw ngerasa kenapa seprtinya beliau mempersulit keadaan saja ya, lalu gw pun berusaha mencari Bapak Pimpinan itw, dan ternyata setelah gw tanya2 katanya Bapak itu sedang menguji dri pagi dan belum kelihatan dari td berada di kantor. Tanpa ada kepastian mengenai Bapak tersebut, gw ngerasa benar2 Birokrasi yang ada di jurusan terbuktii sangat lebih susah.

kenapa tidak mempermudah malah sangat terkesan mempersulit keadaan,
lalu gw putuskan untuk menemui salah satu pembantu dekan bagian kemahasiswaan untuk meminta tanda tangan beliau juga, dan benar2 beda kondisinya, dengan mudahnya bapak Pembantu Dekan itu membrikan tanda tnagan nya ke semua mahasiswa yang membutuhkanya, terus gw laporin deh kondisinya kl gw lagi sangat susah mendapat tanda tangan pimpinan jurusan gw tersebut, Lalu bapak itu yang sudah cukup mengenal gw meberikan solusi yang sangat membuat gw terbantu.

Hal ini lah yang membuat perkataan orang2 benar adanya bahwa Birokrat di Jurusan gw itu sangat2 susah bt berurusan. Entah mengapa atau apa specialnya jurusan itu, atau mungkin pimpinannya yg terlalu special jika dibandingkan dengan Birokrat Fakultas yg sebenarnya tingkatannya lebih tinggi.

Ntahlah, tp itulah realita yg ada..
tulisan ini tidak bermaksud apa2, hanya sekedar ingin menjadikan sebuah media untuk mengungkapkan ketidakpuasan saja.....

Mungkin teman2 lain pun juga pernah mersakannya...

Hmmm....., setelang kebingungan mo ngisi apa aja di blog ini, akhrnya gw dapet ide bt sharing pengalaman n cerita gw aja kali ya....
bukan sok2 mo nyaingin Raditya Dika si Kambing jantan, tapi kayak nya emang enak juga nuangan pengalaman n cerita2 yg gw alamin bt siapa aja yg ngerasa mau baca, yg penting hasrat gw tersalurkan...
ho..ho...

Awalnya ini blog dibikin cuma karena sebuah tugas dari salah satu Mata kuliah di Kampus gw, trus karena lumayan interested menurut gw, ya knapa gx dilanjutin ngisi blognya, yang awalnya isinya cuma artikel2 aja yg gw comot juga dari internet....

Hmm, siapa tau aja besok2 bisa bikin own artikel... Aminn....
coming soon dah...

itu aja dulu dah pembukanya....
dengan ini satu LABEL baru di BLOG gw di resmikan....
Tok..tok..tok....

kayak sidang aja...
ha..ha.

The three features of the computer technology that are relevant to the presentation phase of the instructional cycle are multimedia, easy access and timing control. We will now examine the application of these three features in turn.

Multimedia presentation, which render CALL programs far superior to conventional textbooks, have been used to various extent in all CALL programs . All programs mentioned in this paper feature digital audio. Half of the programs (ABC, HC, PIC, SC, WL) feature animated demonstration of character writing. ABC, PIC use animation and PM uses movie clips to demonstrate the production of speech sounds. WL uses still graphics to show character shapes at various historical time periods. TRS depends solely on graphics to convey meanings. But despite the potential presentational advantages of CALL programs, the basic format of presentation remains similar to conventional textbooks. In most of the programs referred to in this paper, the initial presentation is still done mostly with the written form, either in romanization or in Chinese script. Meanings are also mostly conveyed with English glosses.

Why is it a problem to present with the written form? Most importantly, speech is primary while writing is secondary. The question is not whether written representation should be used but when to introduce the written form relative to the spoken form. With a human teacher, the spoken form can be introduced before the written form; in a conventional textbook, the spoken form cannot be presented without the written form. But there is no need for CALL programs to put up with the limitations of the print medium. As programs already provide audio along with the written form, it is then just as easy to present the spoken form without the written form. One program that does allow audio-first presentation is TRS, which clearly separates text and voice and offers all the possible combinations, such as text with voice, text without voice and voice without text. The second problem with pure written presentation is the assumption of literacy, which cannot always be made. So if someone does not know romanization or characters, it does not mean that s/he does not know how to speak, and vice versa. This realization can be especially important in a testing situation, where the validity of the test can be compromised by a mixing of skills.

The problem with the exclusive use of English glosses to convey meaning is that it is indirect as well as possibly misleading. Admittedly, CALL programs are not particularly worse than conventional textbooks, which do the same thing. But CALL programs can have many more resources than a conventional textbook. A more direct mode of presentation, especially for concrete vocabulary, is eminently possible. An early program developed by Yao and Mowry, modestly named Miss Li and Mr. Wang, uses simple animation to teach the action verbs for dressing and undressing⁸. Of the programs mentioned in this paper, TRS's conveying of meanings is exclusively with pictures. PIC uses pictures to convey meanings in both the flashcard stack and the interactive vocabulary builder.

The easy access allowed by the computer has a number of desirable consequences for presentation. It allows instant retrieval of help for pronunciation and comprehension, with the simple 'when in doubt, click' format. We can thus avoid the pre-teaching of vocabulary, which is out of context and can miss the target altogether due to individual differences in learner backgrounds. The easy availability of help also enables, paradoxically, the option of hiding the help initially, hence making it possible for the learner to challenge themselves. Furthermore, since every grammatical and vocabulary item in a lesson can be linked to a shared pool of glosses and explanations, an extreme form of redundancy and recycling is possible. This redundancy and recycling further encourages learner-choice in lesson selection and sequencing.

The programs reviewed here make use of the easy access feature to various extents. For example, while ABC, HC, PIC and SC opt to present part or whole of a dialog on the screen, CX presents it one sentence at a time, in a sequential fashion. Obviously, it is harder for a CX user to locate a particular word or sentence. While most programs do not pre-teach vocabulary, HC presents the vocabulary separately, before the dialogs, thus taking the vocabulary out of context and making it hard to provide help for every linguistic item in the dialogs. While SC, ABC and PIC provide on-line vocabulary and grammar explanation only when requested, HC uses such optional on-line help for grammar only and opts to provide glosses to words and sentences obligatorily, thus missing an opportunity to challenge the learner. Programs also differ in exploiting the maximum redundancy the easy access feature makes possible. With no graded lessons of its own, WL has to provide instant lookup to every word and character. Though their vocabulary help is a bit hard to use, ABC and PIC also provide glosses for every character and word in the text. SC , however, provides vocabulary help for only pre-determined new words and expressions. By having pre-determined vocabulary for every lesson, HC also does not provide maximum redundancy.

Timing, impossible to do in a printed textbook, has been used in some CALL programs. Users of CCT can opt to incorporate delay of different amount in the presentation of audio, text or characters. It too uses user-selectable time limit in its tests. In its vocabulary drills, HC uses delay in presenting the audio or the written form. The use of delay introduces the element of challenge without actually turning it into a test.